Berli Blog

Blog Digital Marketing oleh Berliyanto

  • Beranda
  • Bisnis
  • Digital Marketing
  • Website
    • WordPress
  • Teknologi
  • Topik Lainnya
    • Iklan
    • Obolan Santai
    • Pojok Informasi

Did I Grow Up Accoding to Plan??

December 16, 2007 By Berli 24 Comments

Hey Dad look at me
Think back and talk to me
Did I grow up according
To plan?
Do you think I’m wasting
My time doing things I
Wanna do?
But it hurts when you
Disapprove all along

 

Hmmm…lho ko’ nyanyi!? Ga’ apa-apa lah sekali-kali. hehehe… Ada yang tau potongan lirik lagu di atas?? Yup, benar sekali itu merupakan potongan lirik dari lagu “Perfect” yang dibawakan  oleh Simple Plan. Nah, tulisan kali ini terinspirasi setelah saya mendengarkan lagu itu, bukan untuk pertama kalinya sih saya mendengarkan lagu itu karena sejujurnya saya sudah suka lagu ini dari zaman SMA dulu karena liriknya sangat bermakna. Hehehe….

Ada satu kalimat dari potongan lirik itu yang paling berkesan bagi saya, yaitu kalimat “Did I grow up according to plan??”. Apakah kita sudah tumbuh menjadi apa yang orang tua kita inginkan?? Sebuah pertanyaan sederhana namun sangat dalam maknanya.

Sebelum melanjutkan, saya akan bercerita sedikit mengapa tiba-tiba saya begitu memikirkan pertanyaan itu. Saya adalah orang yang punya hobi untuk merencanakan suatu hal untuk hidup saya, bisa dibilang memiliki sifat yang cenderung berjiwa konseptor. Kata ibu saya sih turunan dari sang ayah. hehehe… Yah, sejak kecil saya memang sudah terbiasa atau lebih tepatnya dibiasakan oleh ayah saya untuk membuat rencana-rencana dahulu sebelum mengambil tindakkan. Contohnya dulu sewaktu masih kecil saya diajarkan untuk menabung dengan cara menuliskan daftar mainan yang saya inginkan terlebih dahulu lalu disuruh menyisakan uang jajan untuk membeli mainan sesuai dengan apa yang saya tuliskan. Bingung ya’?? ya intinya saya menuliskan rencana-rencana akan membeli mainan apa ke dalam sebuah buku, lalu disuruh mewujudkan apa yang saya tulis itu dengan usaha sendiri. Jadi tuh “buku rencana” juga berfungsi sebagai motivator untuk menjaga konsistensi saya terhadap rencana yang saya bikin sendiri. Ceritanya waktu itu saya ingin membeli sebuah action figure Dragon Ball yang harganya saat itu adalah 15.000. Nah, dalam masa nabung itu saya sering menemukan titik jenuh atau merasa bosan karena uangnya ga’ terkumpul-kumpul, maklumlah nabungnya dari uang jajan yang paling-paling cuma Rp.500 perhari. Belum lagi jika banyak godaan tukang jajan yang lewat. (wajar kan klo anak kecil doyan jajan) hehehe… Nah disitulah peran buku rencana saya terasa. Ketika mulai jarang menyisihkan uang jajan, saya disuruh (atau dipaksa) melihat kembali apa yang saya tulis, yaitu daftar mainan yang saya inginkan, jadinya saya semangat lagi untuk nabung demi mengejar impian itu. hehehe.. Hasilnya saya berhasil membeli action figure Saint Saiya, sebuah mainan pertama yang saya beli dengan cucuran keringat dan semangat sendiri. hehehe… Kalau ada yang bertanya kenapa yang dibeli itu mainan Saint Saiya bukan Dragon Ball seperti yang saya rencanakan, saya juga lupa alasannya kenapa mungkin karena nabungnya kelamaan dan mainan Dragon Ball udah kurang populer kali. Tahulah, namanya juga anak-anak. hehehe…

Kebiasaan itu (kebiasaan membuat rencana maksudnya) masih saya lakukan sampai sekarang, kali ini dalam skala yang lebih luas lagi yaitu merancang rencana besar bernama peta hidup. Sekedar informasi (sebenarnya sih rahasia) saya sudah membuat peta hidup dengan rencana-rencana apa yang akan saya lakukan kedepannya sampai 20 tahun mendatang. Rencananya sih mau bikin sampai 50 tahun kedepan, tapi ternyata bikin sampai 20 tahun aja susah. hehehe… Yup, saya sudah merencanakan mau ngapain di semester depan, tahun-tahun berikutnya, setelah lulus nanti, tentang pendidikan saya nanti. Bahkan, Ehm, saya sudah mempunyai target di usia berapa akan menikah, dan kemana saya akan mengarahkan keluarga yang saya bangun nanti. Semua itu tertulis rapih di dalam buku peta hidup saya.

Lalu apa hubungannya dengan lirik lagu tadi??
Di buku peta hidup saya itu sudah tertulis juga rencana-rencana yang berhubungan dengan keturunan saya nantinya. Seperti jumlahnya, bagaimana saya mendidiknya, dan akan saya arahkan untuk menjadi seperti apa mereka nantinya. Semuanya sudah tertulis dengan rapih dan semuanya itu adalah rencana yang sempurna menurut saya sehingga begitu besar keinginan saya untuk mewujudkannya. Sampai kemarin ketika sedang iseng membaca-baca peta hidup saya itu terlintas sebuah pikiran saya, apakah dulu ayah saya melakukan hal yang sama membuat peta hidupnya sendiri?? Lalu apa yang dituliskan ayah saya tentang diri saya di dalam peta hidupnya itu?? Did I grow up according to your plan?? Apakah saya sudah membuat orangtua saya bangga atau sebaliknya?? Apakah keputusan-keputusan yang saya ambil selama ini diridhoi oleh mereka karena memang itu sesuai dengan apa yang mereka harapkan atau karena mereka mengalah dan mengikuti keegoisan saya saja?? Semua pertanyaan itu sangat ingin saya temukan jawabannya, namun sayangnya sekarang ini saya belum punya cukup keberanian untuk menanyakan dan mendengarkan jawabannya. Untungnya orangtua saya ga’ pernah baca blog saya ini ya’. hehehehe…

Dari sini ganti sudut pandang dulu ya, dari penggunaan kata saya menjadi kita.hehehe…
Menjadi orang tua amatlah berat dan sangat membutuhkan keikhlasan yang luar biasa. Ah, Berli So’ tau nih… Weits,,,jangan salah!! Sotoy-sotoy gini juga udah pernah diajarkan banyak hal tentang mendidik anak dari Ibu tercinta.hehe… Dari semua yang telah diajarkan beliau, satu hal yang paling “mengena” adalah ketika beliau berkata “akan ada waktunya ketika anakmu nanti sibuk dengan kehidupan keluarganya sendiri, saat itulah sebuah keikhlasan dari orang tua benar-benar diuji”.

Jika kita pikirkan kembali kata-kata itu, ada benarnya juga ya’. Coba deh kita bayangkan bagaimana sejak kecil dulu kita dididik oleh kedua orang tua kita, bagaimana ketika mereka tetap sabar menghadapi kenakalan-kenakalan kita, berapa besar cinta dan kasih sayang yang mereka berikan kepada kita. Bahkan mungkin saja mereka mengorbankan kepentingan mereka demi menuruti keinginan kita, yang tidak lain adalah anaknya. Pernah saya membaca cerita tentang orangtua yang bekerja mati-matian untuk membelikan anaknya sepasang sepatu, bahkan sempat saya temui dalam sebuah artikel seorang ayah yang sampai berani mencuri dan dihakimi masa hanya karena berusaha untuk memenuhi keinginan anaknya untuk mempunyai sebuah sepeda. Subhanallah begitu besar pengorbanan orang tua untuk anaknya. Apa yang sudah orang tua berikan kepada kita rasanya tidak mungkin kita balas.

Kembali ke pertanyaan awal, Did I grow up according to plan?? Itulah pertanyaan yang sangat layak kita ketahui jawabannya. Semua pengorbanan dan segala yang telah orang tua berikan dalam mendidik sang anak sudah pasti diiringi harapan agar sang anak tumbuh menjadi apa yang mereka inginkan. Dan saya rasa tidak ada orang tua yang menginginkan hal buruk yang didapat oleh sang anak. Lalu bagaimana dengan kita yang memiliki sudut pandang sebagai seorang anak?? Suatu saat nanti ketika kita sudah mendapatkan peran sebagai orang tua, kita mungkin akan melakukan hal yang sama yaitu berusaha memberikan yang terbaik kepada anak kita kelak. Masalahnya selain memberikan yang terbaik kepada anak kita nanti, apakah kita juga sudah memberikan yang terbaik untuk orang tua kita?? Bayangkan jika kita sudah menjadi orang tua dan telah memberikan yang terbaik untuk anak kita, kemudian anak kita tumbuh dewasa dan berkeluarga, lalu sebagian besar waktunya adalah untuk anaknya, bukan untuk kita yang merupakan orang tuanya.   “…suatu saat keikhlasan orang tua terhadap apa yang telah dia berikan kepada anaknya akan diuji”. Mungkin maksud dari perkataan itu adalah seperti yang diilustrasikan di atas.

Lalu bagaimana dengan kita?? sudahkah kita membuat orang tua kita bangga karena telah tumbuh menjadi apa yang mereka harapkan?? Jawabannya, tentu saja hanya orang tua kita yang tahu. Mungkin yang bisa kita lakukan adalah berusaha memberikan yang terbaik untuk membalas apa yang telah orang tua berikan kepada kita, yaitu dengan berusaha sekuat tenaga untuk membuat mereka bangga.

Lalu kalau saya sendiri gimana??
Hmmm…yang jelas ketika nanti saya bertanya “Did I grow up according to plan??” jawaban yang sangat ingin saya dengar adalah “..As I expected, You are my son”. Dan pastinya jawaban itu keluar bukan hanya karena ingin membuat sang anak senang, tetapi karena benar-benar berasal dari ketulusan hati orang tua kepada anaknya. Jadi,,,SEMANGAT…. I will make them proud of me, I promise….

Filed Under: Obolan Santai


Artikel Lain yang Berhubungan

  • Antara Caleg dan Calon PemilihnyaAntara Caleg dan Calon Pemilihnya
  • Ukhuwah dalam Kehidupan BurungUkhuwah dalam Kehidupan Burung
  • Alur Perencanaan Buka Puasa BersamaBuka Puasa Bersama? Beginilah Cara Merencanakannya
  • Hamba Allah

    Sesungguhnya manusia boleh berencana, namun pada akhirnyalah semua ditentukan oleh Allah SWT…

    Yang bisa saya dan Berli lakukan adalah berusaha dan berdoa kepada-Nya…

    Insya Allah, Allah akan memberikan jalan yang terbaik bagi kita semua…

  • http://m-arief-furqon.blogspot.com/ pembaca

    Wah,, ternyata berli udah dewasa yach,,,,

  • http://henings.wordpress.com hening

    wah.. ngga nyangka.. berli ternyata….
    hehe..

    Kalo orang tua saya kayanya ga punya rencana spesifik ttg saya, misalnya saya harus jadi dokter atau ahli komputer atau apa.. yg penting misalnya saya jadi orang pinter, sukses, dan bahagia.. hehe.. gak tau lah.. mereka pasti punya parameter sendiri.

    Punya rencana utk anak emang bagus. Jadi kepikiran.. apakah kalo dari awal banget si anak udah diarahkan utk menjadi sesuai rencana, maka semuanya akan berjalan lancar2 aja sesuai rencana ya? maksudnya si anak itu bener2 bisa dibentuk oleh ortunya, krn dibentuk sejak awal. Kan mungkin aja rencana orang tuanya A, tp si anak pengennya B.

  • http://tonidermawan.net toni

    berli selain menjadi suami mempesona ternyata sebagai Ayah yang baik pula :P,,,,,,hihihi

  • http://berlizone.com Berli

    @Hamba Allah
    Yup, benar sekali….Hehehe…

    @Pembaca
    Dewasa itu pilihan lowh…
    Klo saya sih pasti ikutan milih..
    Hehehe…

  • http://berlizone.com Berli

    @hening
    Yah, emang pada kenyataannya apa yang kita rencanakan itu tekadang berbeda dengan aslinya. Tapi paling ga’ kan kita punya arahan yang jelas. Ibarat blueprint sebuah rumah, rumah yang dibangun berdasarkan blueprint itu kan ga’ selamanya identik dengan apa yang tertulis di bluepintnya itu sendiri..hehehe…

    @Toni
    Amin, Terima kasih doanya…
    Hehehe….

  • http://m-arief-furqon.blogspot.com furqon

    Calon Ayah yang baik,,,,,

    huek,,,, huek,,,, (sambil muntah)

  • Berli

    Ah, Arif ini suka gitu..hehehe…

    Makanya Rif jangan kebanyakan makan, jadi muntah tuh…

    ~hehehe..

  • http://ayyasy2589.blogspot.com ayyasy25

    when I stand up in front of him and say :
    did I grow up according to your plan?

    apa yang harus ane jawab ya ber?
    umi dan abi awalnya pengen ada salah satu
    anaknya yang mendalami ilmu hadits…..sepertinya,
    mereka berharap saya-lah yang akan memenuhi
    keinginan itu…..

    Tapi, entah karena mereka mengalah dan mengikuti
    keegoisan saya saja? (ngopas dari atas )…..sehingga
    sore ini, seorang salman sedang bergumul di antara
    sekumpulan komputer tanpa nyawa….

    Mungkin, suatu saat nanti akan ku-jawab:
    I have grew up according to (your and my) plan….

    an expert computer security and “hadits” learner?
    wish for me, plese

  • http://ayyasy2589.blogspot.com ayyasy25

    when I stand up in front of him and say :
    did I grow up according to your plan?

    apa yang harus ane jawab ya ber?
    umi dan abi awalnya pengen ada salah satu
    anaknya yang mendalami ilmu hadits…..sepertinya,
    mereka berharap saya-lah yang akan memenuhi
    keinginan itu…..

    Tapi, entah karena mereka mengalah dan mengikuti
    keegoisan saya saja? (ngopas dari atas )…..sehingga
    sore ini, seorang salman sedang bergumul di antara
    sekumpulan komputer tanpa nyawa….

    Mungkin, suatu saat nanti akan ku-jawab:
    I have grew up according to (your and my) plan….

    an expert computer security and “hadits” learner?
    wish for me, please

  • http://kamal87.wordpress.com kamal

    @ayyash: sipdah… keren banget nih si salman, nt udah dapet kejelsana ttg arah peminatan nt dibidang IT. ane jarang ngedapetin yg kek gitu di angk2006. Emang sebagai muslim jadi fardhu kifayah buat kita utk belajar IT. gimana dgn yg lain, udah pada mikirin blom arah peminatan IT nya? pikirin deh dari sekarang…

    untuk ilmu hadits… pealajarin juga aja. ibnu sina selain ahli kedokteran kan dia juga penelaah tafsir qur’an, tul gak?

  • http://berlizone.com Berli

    @ayyash
    Sip Man, klo bisa jadi dua-duanya kenapa ga’ dicoba kan?? hehehe…
    toh Allah itu menilai dari niat dan usaha kita kan??
    Baru niat baik aja udah dapet pahala, apalagi ditambah usaha…

  • http://m-arief-furqon.blogspot.com/ furqon

    Wah,,,, salut nih sama salman

  • http://berlizone.com Berli

    @Kamal
    Jarang ngedapetin yang kaya Salman itu karena ente belom ngeBrowse keseluruhan Mal, banyak juga yang udah menemukan dan mempunyai rencananya sendiri-sendiri…

    Tuh, liat Arif salah satunya…hehehe….

  • http://azkamadihah.wordpress.com azka,,

    amin, semoga berli bisa bikin ortu bangga.. meskipun pasti saat ini mereka juga pasti sudah bangga deh sama berli, coba aja ditanyain.. hhe..
    eniwei, saya juga udah buat dream book atau kalau istilah berli peta hidup, cuma saya kok gak kepikiran ya melakukan apa yang berli bikin yaitu ngerencanain seperti apa anak-anak akan saya arahkan. hmm, nice idea. bukan berarti memaksakan mereka harus jadi apa, tapi menyiapkan yang terbaik buat mereka. seperti itu ya kira-kira? maaf kalau salah. ^^

  • http://berlizone.com Berli

    @azka
    Yup benar sekali.. intinya bukan memaksakan tapi membantu mengarahkan.. lagi pula yang tecatat di peta hidup saya tentang anak nantinya itu bukan terletak mau memiliki profesi apa… Tapi lebih ke nilai kebaikan apa yang minimal mereka miliki nantinya….
    Masalah mau jadi apa, itu adalah pilihan mereka.. yang saya akan lakukan adalah membantu mereka menemukan potensi yang ada..hehehehe…

    ~halah ngomongin anak mulu…hehehe…

  • http://azkamadihah.wordpress.com azka,,

    iya ya, saya baca postingan2 berli antara lain yang ini dan ‘menjadi suami yang memesona’ langsung berpendapat kayaknya berli pakar ya dalam bidang ini? haha.. =P

  • http://berlizone.com Berli

    @Azka
    Bukannya pakar karena memang sebelumnya belum pernah mengalaminya. Tapi sudah banyak belajar dari orang yang sudah pengalaman dan memang menjadi pakar dalam bidang ini.

    ~hehehehe….

  • http://azkamadihah.wordpress.com azka,,

    gyahaha.. iya saya tahu.. becanda mas.. 😀

  • http://azkamadihah.wordpress.com azka,,

    gyahaha.. iya saya tahu.. becanda mas.. ^^

  • Berli

    Tapi, yaa semoga nantinya jadi pakar beneran..hehehe..

  • anonymous

    This is the first time I’ve ever actually read your blog, it’s very nice.
    Sesungguhnya saya sangat setuju dengan ucapan Berli..
    Maybe you could say that, once, I was like you, planning everything ahead of my self..
    When I was still little, I started by planning out what to by with my pocket money, then it followed by what were me, my dad, mother, & brother was gonna do for our family weekend events..

    But ever since our family came tumbling down, when I was still in high school, I’ve lost my way in life, and just planed to live my life day-by-day..
    Further more, know I don’t even have a decent person to look up to as my mentor in life.. You could say that I’ve also lost my way in religion..
    Kalau menurut Berli dan kawan-kawan, sebaiknya tindakan saya sekarang seperti apa? & Apa yang bisa saya jadikan sebagai motifasi hidup, penghidupan, & pembelajaran…?

    Terima kasih..

  • http://berlizone.com Berli

    @anonymous
    Wah maaf baru merespon…
    Klo menurut saya, masih banyak ko’ yang bisa dijadikan motivasi… Tapi sebelum itu adakalanya ketidakikhlasan kita terhadap hal buruk yang kita alami itu menjadi penghalang untuk tetap maju. Sebaliknya, kurang tepat juga klo masalah yang kita alami itu justru dijadikan alasan untuk jatuh seperti yang anda bilang “lost my way in life”. Cobalah untuk bangkit dengan menerima dan mengikhlaskan apa yang sudah anda alami. Jangan mau kalah dengan keterpurukan..

    and about “family came tumbling down”, coba deh pandang dari sisi lain yang berbeda, bukankah apa yang anda alami itu nantinya justru bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga, karena kelak anda pun akan berkeluarga dan sudah pasti tidak ingin apa yang menimpa anda itu ikut diwariskan ke anak-anak anda nantinya khan?? Dan anda sudah cukup paham bagaimana untuk mewujudkan hal itu karena memang sudah merasakannya sendiri…

    Dan tentang “I’ve also lost my way in religion”… That’s incorrect choice, I think.. karena yang paling bisa membantu anda adalah iman dan keyakinan anda sendiri. Saran saya, selalu berprasangka baik. Always have positive thinking in all things can make us peaceful. Coba deh cari dulu 10000 alasan untuk berpikir postif dalam menanggapi suatu masalah, sebelum memutuskan untuk menyerah atau justru menyesali apa yang sudah kita alami itu..

    Maaf nih klo kesannya menggurui dan kepanjangan..hehehe…
    Saran saya yang terakhir, klo kita menghadapi suatu masalah, jangan berdoa untuk dimudahkan masalah itu, tetapi berdoalah supaya kita yang dijadikan kuat untuk menghadapi masalah itu..

    ::Cheerrss::

  • Pingback: arieffurqon.com » Blog Archive » Menata Hidup, Merancang Masa Depan()

Tentang Berli

Foto Berliyanto

Berliyanto

Search Marketing Specialist sekaligus CEO dari idKeyword Digital. Google AdWords and Analytics Certified. Memiliki passion di bidang Digital Marketing dan Web UX Design.

Cari Artikel

Follow Me

  • 
  • 
  • 
  • 

Copyright © 2019 Berliyanto Blog · Dibuat dengan Genesis Framework