HomeWebsiteWeb AnalyticsBerapakah Nilai Bounce Rate yang Bagus itu?

Berapakah Nilai Bounce Rate yang Bagus itu?

Berapa bounce rate yang bagus?Berapa sih bounce rate yang bagus itu? Apakah 10%, 25%, 75%, atau 100%? Anda tentu sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan bounce rate? Tulisan ini saya buat sebagai lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang bounce rate atau rasio pentalan ini. Jika dilihat hanya dari definisinya saja, orang awam cenderung mengatakan bahwa semakin rendah bounce rate maka semakin baik. Benar kah pendapat tersebut? Penjelasannya bisa cukup panjang, namun jawaban singkatnya adalah bisa iya bisa juga tidak.

Satu hal yang perlu kita pahami tentang rasio pentalan adalah ia hanya merupakan statistik saja. Ini bukan seperti nilai dalam suatu ujian dimana semakin tinggi nilainya maka semakin baik atau sebaliknya. Bounce rate sendiri saja tidak lah berarti apa-apa. Sebelum membuat kesimpulan suatu bounce rate itu bagus atau tidak kita perlu tahu terlebih dahulu apa goal dari website-nya.

Menentukan Bounce Rate yang Bagus dari Goal Website Kita

Idealnya, setiap halaman website kita memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai. Misalnya saja untuk menyediakan informasi penting kepada pembacanya, untuk menayangkan iklan sponsor, atau menayangkan suatu produk yang kita jual. Dan apakah suatu bounce rate itu bagus atau tidak akan sangat terkait dengan tujuan halaman website tersebut. Goal dari halaman website kita adalah hal pertama yang perlu kita pahami sebelum melakukan aktivitas pada web analytics lainnya. Dan sebenarnya, bounce rate yang bagus adalah yang lebih mendekatkan kita dengan tujuan website tersebut.

Saya akan memberikan contoh agar kita bisa lebih jelas memahami kaitan bounce rate dengan tujuan website. Misalnya saja kita membuat toko online yang bertujuan untuk mengumpulkan pembelian secara online. Apa yang bisa disimpulkan jika bounce rate yang didapat adalah 90%? Untuk contoh tersebut dapat kita katakan bahwa bounce rate 90% tersebut relatif tidak bagus. Mengapa demikian? Pada toko online (yang benar-benar toko online), setiap pemesanan yang masuk membutuhkan beberapa halaman untuk dilewati. Pengunjung harus membuka halaman produk terlebih dahulu, lalu menambahkannya ke ‘cart’, kemudian ke halaman checkout, dan dilanjutkan ke halaman pembayaran. Bila semua pengunjung melewati proses tersebut, maka bounce rate website kita adalah 0% karena tidak ada pengunjung yang “terpental” (bounced). Mengapa 90% itu tidak bagus? Karena itu berarti sebagian besar pengunjung tidak melakukan pemesanan. Jangankan sampai pada tahap checkout, mengklik tombol “Add to Cart” atau melihat produk lain yang kita tawarkan saja mereka tidak mau.

Sebagai pembanding yang kontras, saya berikan juga contoh kondisi dimana bounce rate 90% itu sangat bagus. Anggap lah Anda adalah penyedia jasa servis AC yang memiliki sebuah website untuk mempromosikan jasa tersebut. Bila tujuannya adalah memberikan nomor telpon dan pengunjung website yang datang diharapkan langsung menelpon, tentu bounce rate 90% sangat baik jika pada halaman yang dikunjunginya itu sudah terdapat nomor telpon kita. Artinya pengunjung memang tidak perlu membuka halaman lain untuk bisa mendapatkan nomor kontak dan menghubungi kita. Bila itu terjadi bounce rate akan tinggi namun itu pertanda baik untuk website kita. Sebaliknya jika misalnya ternyata bounce ratenya hanya 10%, itu tidak bagus. Bisa saja bounce rate yang rendah didapat karena pengunjung yang kebingungan tidak langsung mendapatkan nomor telpon kita sehingga mereka harus berputar-putar dulu di website kita. Bila terjadi, tentu ada yang salah dengan websitenya dan kita membutuhkan seorang web ux designer untuk memperbaikinya.

Dari 2 contoh yang sangat kontras di atas, tentu kita sudah memahami kapan suatu bounce rate bisa dikatakan bagus atau tidak. Suatu nilai bounce rate yang sama bisa dikatakan baik dan juga buruk tergantung websitenya. Angka 30% bisa disebut sebagai bounce rate yang bagus bagi suatu website namun belum tentu berlaku juga untuk website yang lain. Kita perlu mengaitkannya dengan tujuan dari halaman website yang ada. Tapi perlu diingat juga, walau bisa dikaitkan, bounce rate tidak menjamin apakah tujuan website tersebut tercapai. Itu hanya salah satu indikator yang mempengaruhinya saja. Bila tertarik, silahkan membaca tulisan saya yang membahas data-data utama website kita yang sebaiknya diukur.

Berliyanto
Berliyantohttps://www.berliyanto.com
Dosen di Institut Teknologi Budi Utomo yang aktivitas kesehariannya tidak bisa lepas dari mengajar, meneliti, dan mengabdikan diri kepada masyarakat. Memiliki minat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan software engineering, IS/IT management, e-Learning, dan higher education management. Kadang-kadang suka juga menulis di Blog ini.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here